Jumat, 24 Oktober 2014

Cerbung You Choice (7)

Steve memasuki Rumah Sakit dengan tergesa gesa.  Keringat dingin terlihat jelas didirinya.  Beberapa menit yang lalu Chika meneleponnnya,  awalnya senang Steve menerima telepon darinya,  tetapi bukanlah kesenangan lagi  bahwa Chika meneleponnya untuk  memberitahu Venny mengalami pendarahan di perutnya akibat tusukan guting yang dihantamkan Venny berkali-kali diperutnya dan sekarang dibawa ke Rumah Sakit. Steve mencari ruangan Venny dirawat.

Selasa pagi,  Chika masih menunggu Venny sedari malam.  Chika sudah menelepon semua keluarga Venny,  mulai dari Mba Eva dan Ibunya Venny. Mungkin Ibunya Venny sedang terbang dengan pesawat menuju Jakarta untuk menemui putrinya disini. Dan terakhir Steve, pasti Venny mengharapkan kedatangan Steve.. 
Alih-alih Chika melakukan ini juga demi Venny,  dia merasakan apa yang dirasakan Venny saat semalam Venny menceritakan semua tentang kehidupannya, Chika juga bersungguh sungguh berniat untuk melupakan Steve dan mengalah untuk Venny.

Chika mengingat kejadian semalam,  saat Venny bercerita sampai kejiwaan batinnya muncul,  sampai mengingat saat Venny menghujamkan gunting keperutnya berkali-kali,  dan Chika mencoba untuk menghentikan Venny tetapi,  kekuatan Venny saat itu sedang tidak stabil, membuat Chika kalah. Chika memanggil ambulan saat Venny masih menusuk nusukan gunting sampai sudah mulai tak sadarkan diri. Chika teringat saat itu darah dimana mana dan dia belum sempat membersihkannya,  mungkin sepulang dia menjaga Venny dan salah satu keluarga Venny telah datang dia akan pamit pulang dan segera membersihkan darah di kamarnya itu. Semalam jua Venny masuk ruang ICU,  syukurlah masih bisa tertolong,  hanya saja Venny harus mendapatkan darah yang cukup banyak dan istirahat yang cukup agar dia kembali normal,  psikisnya maupun jasmaninya..

Steve membuka pintu ruangan 179 dan dihadapkan Chika sedang duduk  menjaga Venny yang tertidur pulas disampingnya. Chika menyadari kedatangan Steve lewat suara pintu yang terbuka,  lalu meeeka saling pandang.

"Machi.. "panggil Steve masih menatap mata Chika

Chika mencoba biasa saja dan bangkit berdiri" syukurlah lo datang,  Venny ada yang jagain juga,  gue pulang dulunya"

Namun Steve lekas menahan Chika dengan menarik tangan Chika

"Machi..  Gue cuma mau tanya,  kenapa Venny bisa begini? "

Pipi Chika merona malu,  dia kira Steve menahannya untuk mengatakan sesuatu kepadanya kenapa selama ini Chika selalu mencoba menghindar dari Steve. Namun,  Steve langsung menanyakan keadaan Venny.  Chika mencoba bersikap tenang" ohh..  Dia bercerita tentang kehidupannya dan dia menceritakan tentang kalung yang mau lo kasih ke gue,  lalu..  Yah..  Dia menusuk dirinya dengan gunting.. "

" kenapa nggak lo hentikan dia!!? '' Steve langsung memotong ucapan Chika dengan gertakan marahnya

Chika kaget,  tidak menyangka Steve begitu marahnya apalagi langsung menggertaknya dengan keras, apalagi selama dia pacaran dwngan Steve, dia nggak pernah mendengar Steve marah dengan kerasnya, air mata Chika mau keluar "oke..  Lo salahin gue?? Gue juga udah coba hentikan dia,  tapi dia lagi nggak stabil,  kalo lo marah sama gue karena gue nggak bisa ngejaga cewek lo,  nggak usah gertak gue juga kali!! Gue emang nggak jelas dihidup lo!!!"air mata Chika sudah menggenang, Chika langsung berlari keluar dari ruangan itu.

Venny masih tertidur pulas, Steve duduk dengan perasaan bersalahnya,  dan mengingat kejadian yang baru dia alami,  dia menggertak Chika.  Ini baru dia lakukan kepada cewek mungil itu.  Steve masih teromabang ambing dengan perbuatannya tadi. 

###

Chika menangis pulang kerumahnya diantar oleh Mang Jaja yang sudah menjemputnya di Rumah sakit tadi.  Urusan kamar kosnya sudah Chika suruh pengurus kosan yang membersihkannya.

" neng Chika kok tumben pulang..  Ini baru hari selasa lho neng"tanya Mang Jaja seketika "neng juga nggak kuliah?"

Chika yang duduk dikursi belakang masih meneteskan air mata,  dia tahu pasti Mang Jaja kira Chika menangisi temannya yang baru masuk Rumah Sakit tadi "ngga apa-apa Mang,  Chika lagi mau pulang aja,  Chika nggak kuliah dulu,  soalnya masih trauma kejadian semalam" jawab Chika dan tadi pagi lanjut Chika dalam hati

"ooh.. "Mang Jaja hanya mengiyakan dan tetap memperhatikan laju jalanan didepannya

Sesampainya di Rumah.  Mama Chika yang mengenakan pakaian peeginya untuk meet dengan teman-temannya menyambut
Heran kedatangan putrinya

" lhoo..  Anak Mama kok nggak kuliah sih?? "

" lagi ngga enak badan mah" jawab Chika dengan bermuka cemberut langsung melewati Mamanya menuju kamarnya

"lho..  Pak Jaja,  Chika kenapa pulang? " tanya Mama Chika

" Anu Bu, semalam teman sekamarnya Neng Chika masuk rumah sakit,  neng Chika jagain temanya sampai ada keluarganya yang datang,  terus dia nelpon saya suruh jemput di rumah sakit"jawab Mang Jaja seadanya yang dia tahu

"owh..  Yaudah saya mau keluar dulu,  nanti tolong bilangin Bibi Inah buat masakin sarapan buat Chika, Bi Inah lagi di taman belakang ya Pak, saya pergi dulu"perintah Mama Chika yang langsung pergi

"Siap Bu" balas Mang jaja

Dikamar Chika,  dia merebahkan diri dikasur hitam bergambar Chococat dan memeluk boneka chochocatnya,  dia masih ingat kejadian tadi pagi,  sehabis keluar dari ruangan Venny,  dia menelepon Mang Jaja untuk menjemputnya di Rimah sakit itu,  sambil menunggu Mang Jaja,  Chika menangis tak henti-hentinya di dalam kamar mandi,  dia tahu itu memalukan,  dan pasti ada yang mendengar suara tangisnya,  tapi itu dihiraukannya demi keluarnya  semua air matanya.

Dia lalu menelepon Citra,  tetapi tidak terhubung,  mungkin Citra saat ini sedang ada jam kuliah. Lalu Chika mengirim SMS kepada citra untuk meneleponnya kalau sedang aktif.

Tiba-tiba terdrnganr ketukan pintu "non..  Non Chika sarapan dulu ayo.." ternyata iti Bi Inah

"nanti aja Bi..  Chika belum laper.. " jwab Chika masih memeluk chococatnya

" nanti keburu dingin non nasi gorengnya"bujuk Bi Inah

"ya... buat Mang Jaja aja atau buat Bi Inah..  Nanti kalo Chika laper,  Chika ke dapur"sahut Chika

Bi Inah bingung,  Chika memamg tidak bisa dibujuk kalau sudah seperti ini,  toh Chika kalau lapar memang langsung ke dapur. Akhirnya Bi inah meninggalkan Chika.

Chika sepertinya tahu kalau Bi Inah sudah pergi didepan pinti kamarnya, Chika masih termenung.

###

"Venny,  kamu baik-baik aja nak? "panggil Mama Venny kepada putrinya yang sudah sadar beberapa jam lalu.

Saat Venny sadar,  dia hanya melihat Mba Eva dan Mamanya,  kata Mba Eva memang tadi ada Steve,  tapi saat Mba Eva datang Steve pamit untuk kuliahnya.

" aku baik mah"senyum Venny membalas pertanyaan Mamanya

"kamu jangan melakukan yang tidak-tidak Venny.. "sahut Mba Eva

" kamu pulang saja ya ke Padang,  kamu lebih baik disana"

"nggak..  Aku nggak mau"tolak Venny terhadap pernyataan Mamanya barusan

"daripada kamu disini Ven.. Mama takut kejadian seperti ini terulang lagi"

"mama nggak usah takut,  Venny udah besar mah,  bukan anak kecil lagi"

Mama Venny hanya terdiam "baiklah kalau begitu"

###

Farrel mengagetkan Steve yang sedang melamun di bangku kelasnya "whooo" 

Steve tidak kaget malah terlihat kesal

"kenapa sih bro?? "tanya Farrel ingin tahu tentang sikap Steve hari ini yang kebanyakan melamun

" gue tadi ngebentak Machi gara-gara Venny"jawab Steve

Farrel kaget "oohh..  Bro..  Itu kesalahan banget,,  semenjak lo pacaran sama Chika lo nggak pernah ngebentak dia..  Kenapa sih memangnya dengan Venny?"

"Venny kembali lagi ulahnya,  dia menusuk nusuk perutnya dengan gunting, dia begitu karena tahu gue masih cinta sama Machi"

"kok dia bisa tahu?  Apa lo ketemu sama Chika mesra banget didepan dia saat lo ke kossan mereka? "

" Venny melihat kalung yang ingin gue kasih ke Machi, selama ini gue nggak pernah ketemu Chika meski gue ke kossannya,  dia selalu menghindar saat kedatangan gue"

"waah..  Berarti Chika masih ada rasa kali sama lo.. "

Steve tersenyum tapi kembali melamun" ya gue pikir juga begitu,  tapi tadi pagi gue ketemu dia,  dan ngebentak dia"

"sungguh awal pertemuan yang tidak bagus ya.. "ledek Farrel

" gue tahu dia pasti sudah sangat ngebenci gue.. "

###

" ahhh..  Citra kemana sih..  Kok nggak telpon balik... "Chika memegang perutnya" uh..  Laper lagi" Chika bangun dari kasurnya dan menuju dapur untuk memasak sphageti

Beberapa menit sphageti sudah siap dan disantap Chika

Tiba-tiba terdengar bel rumah berbunyi,  Bi Inah terdengar sudah membukakan pintu untuk orang yang telah membunyikan bel tersebut

Chika penasaran,  tapi Chika masih menyantap sphagettinya.

Bi Inah menghampiri Chika kedapur sepertinya tamu tersebut ingin menemui Chika

"maaf non,  ada tamunya non"kata Bi Inah menunjuk kedepan pintu

"siapa Bi..? " tanya Chika masih memakan sphagettinya

" mas Steve non.. "

Chika hampir tersedak saat mendengar Bi Inah menyebut nama Steve,  dirinya tak percaya,  untuk apa cowok itu mampir kerumahnya setelah menggertak dirinya tadi pagi

" bagaimana non? Mau ditemui apa tidak mas Steve ya? "Bi Inah menyadarkan Chika dari lamunannya

" hmm..  Suruh tunggu diluar aja Bi,  nanti Chika temui"

"baik non"Bi Inah langsung melesat kedepan untuk menemui Steve

Chika menghabisi Sphagettinya, 

"yaampun,  gue belum mandi lagi,  cuci muka ajalah sama ganti kaos"gumam Chika setelah Sphagettinta habis

Diluar Steve duduk didepan rumah Chika di bangku taman,  tak lama Chika datang menggunakan kaos lengan panjang kuning dan celana training,  itulah Chika tak pernah modis.

Awalnya Chika bingung harus bersikap bagaimana,  lalu dia duduk disamping Steve

"ada apa datang kemari?  Belum puas marahi gue tadi pagi? "tanya chika tanpa memandang kearah steve

Steve tersenyum" ooh..  Lo mau gue marahi lagi? "

Chika hanya diam dengan wajah cemberutnya

Steve kembali tersenyum,  masa inilah yang dia rindukan" gue kesini mau minta maaf atas kejadian tadi pagi"

"terus? "tanya Chika lagi

Steve kali ini terdiam dia terlihat serius" gue mau bicara tentang sesuatu.  Venny"

Chika masih terdiam

Steve melanjutkan pembicaraannya "gue tau lo udah tahu tentang kalung itu, dan tentang perasaan gue saat ini ke lo"

"kenapa lo dulu pergi tiba-tiba Steve? "tanya chika tiba-tiba

" perasaan gue juga sama kayak lo saat ini... "lanjut Chika" gue belum bisa ngelupain lo,  dan..  Dan gue kira lo ke Amrik buat ngelupain gue dan lo udah bener-bener lupa sama gue,  dan waktu itu Farrel bilang lo  kembali,  sebenarnya gue senang,  tapi saat kepulangan lo dari Amrik ngga pernah nemuin gue..  Dan tiba tiba aja lo malah kembali sama Venny"Air mata Chika mulai jatuh

Steve memeluk Chika,  menenangkannya dan dia merindukan pelukan itu.  "maafin gue juga Steve yang dulu juga marah tanpa sebab sama lo" lanjut Chika yang hanyut dalan pelukan tersebut

Beberapa saat mereka melepaskan pelukan tersebut.

"masalahnya adalah Venny"gumam Steve

"ya..  Gue juga ngga rela Venny sakit,  jiwa psikisnya dia itu tidka bagus"lanjut Chika

"gue juga nggak bisa ninggalin Venny begitu aja,  dan nggak bisa kembali sama lo saat ini"

"ya gue ngerti,  apalagi status gue sebagai sahabat dan sekaligus teman sekamarnya saat ini.. "guman Chika

" gue rela kok Steve lo sama Venny"

Steve kaget "maksud lo,,?"

"sebaiknya kita jadi temen aja dulu,  apalagi kita ngomongnya masih gue eloan,  mungkin ini jalan terbaik"kata chika serius

"tapi.. Ma.. "

" jangan panggil gue Machi lagi" Potong Chika " panggil gue Chika,  dan mulai sekarang lo bisa nemuin gue di kos bersama Venny,  gue mau lo berikan yang terbaik biat Venny..  Kalau memang kita bisa bersatu..  Pasti ada jalannya steve.. "

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar