FAIRY OF MY LIFE
Pagi itu begitu membuatku semangat
bertamasya ke gunung bersama keluargaku, aku sangat senang berada di gunung,
karena pemandangannya indah, lalu banyak binatng-binatang lucu, dan perpohonan
yang indah dan lebat, tak lupa dengan air terjunnya yang airnya sangat dingin.
Saat
sampai di Villa penginapan, aku langsung menuju ke air terjun, yang tak jauh dari Villaku menginap, aku
sudah terbiasa dari kecil kesini, jadi aku tak begitu takut pergi sendiri
kesiini.
Tiba-tiba saja saat aku bermain air
ada seberkas sinar lewat didepanku, sinar itu masuk ke hutan, aku sangat
penasaran, lalu kuikuti sinar itu, aku takut tersesat karena sinar itu seperti
membawaku menuju kedalam hutan, tiba-tiba saja sinar itu berhenti dipadang
bunga yang nan indah. Sinar itu berubah seperti manusia kecil yang mempunyai
sayap kupu-kupu, dia perempuan.
Manusia
kecil itu menatapku dari kejauhan,sepertinya dia marah kuikuti. Lalu dia
menghampiriku. “mengapa kamu mengikutiku?” Tanya manusia kecil itu, “a..aku..
aku hanya terpana dengan sinar yang tadi lewat
didepanku. Dan ternyata itu adalah kamu.” Jawabku ketakutan. “oh baiklah,
karena kamu sudah tahu sebenarnya, akan aku beritahu kau apa yang sebenarnya
yang sedang kamu lihat sekarang ini.” Kata manusia kecil itu. “siapa namamu
gadis manis? Aku Fairya, peri di padang bunga ini.” Ucapnya lagi. “aku Citra,
salam kenal Fairya” jawabku. “salam kenal juga Citra, berapa umurmu?” tanyanya
lagi dengan senyum yang cukup cantik. “umurku 9 tahun” jawabku lagi. “apakah
kau mau kerumahku Citra? Disana akan kukenalkan kau kepada teman-temanku”
tawarnya kepadaku “oh tidak terima kasih, aku sudah cukup lama meninggalkan
keluargaku di Villa, aku takut mereka khawatir, karena aku tidak izin ke mereka
bahwa aku tiba-tiba langsung keluar saat sampai” jelasku “oh, sungguh sayang
sekali..” kecewa Fairya. “tapi, apakah kau mau kutemani menuju Villamu? Karena
aku takut kau akan tersesat” twarnya lagi. “oh, boleh, aku juga berpikir
begitu.
Aku berjalan kembali menuju Villaku bersama
Fairya, peri kecil yang mungil. Selama perjalanan aku mengobrol bersamanya. “oh
ya Fairya, boleh kutahu berapa umurmu?” tanyaku ingin tahu. “aku berumur 2
tahun” jawabnya. “tapi kau terlihat seperti seumuranku?”tanyaku lagi ingin
tahu. “ di duniaku, peri akan berhenti hidup saat sudah berusia 10 tahun dan
akan menjadi bunga kembali, kami dilahirkan dari bunga – bunga saat musim semi”
jelasnya “apakah saat 10 tahun itu rupamu akan tua?” Tanyaku lagi “yah kami tua
seperti manusia saat berusia 50 tahun, pertumbuhan kami sangat cepat”jelasnya
lagi.
Sampailah
aku ditempat air terjun dimana saat ku melihat seberkas cahaya yang ternyata
adalah Fairya. Aku sempat menangis saat Fairya akan pulang menuju padang bunga
“terima kasih kau sudah mengantarkanku” ucapku “ya sama-sama, akankah kau
kembali kesini?” tanyanya “mungkin aku kesini selama 4 tahun sekali, setiap 4
tahun sekali kita bertemu ya?” pintaku “ok, aku janji”
Akhirnya
Fairya pergi meninggalkanku, aku tidak akan pernah melupakan dia, setiap 4
tahun aku selalu datang kesini, tetapi saat pertemuanku yang ketiga aku tidak
akan bertemu dengannya kembali karena dia telah menjadi bunga. Aku tidak akan
lupakan dia. Dan sejak itu aku selalu menyukai tentang peri dan kehidupannya.
dalam hidupku, peri itu nyata.