Sabtu, 20 Oktober 2012

sistem pesyarafan


1. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan dan Sistem Syaraf

a. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan - Otak

Membicarakan anatomi fisiologi sistem persyarafan pasti tidak lepas dari pembicaraan mengenai otak. Singkatnya, otak adalah pusat dari semua sistem syaraf yang ada dalam tubuh manusia. Melihat kehebatan fungsinya, tidak terlalu berlebihan bila ada yang mengatakan bahwa otak merupakan salah satu sistem paling canggih di jagad raya. Hal tersebut tentu saja didukung oleh anatominya yang kompleks.
Secara garis besar, otak manusia dan hewan vertebrata dibagi menjadi bagian serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), diensefalon, mesensefalon (otak tengah), pons Varolli, dan medula oblongata. Kedua bentuk otak itu juga ikut dipelajari dalam anatomi fisiologi sistem persyarafan.
Di dalam otak terdapat berbagai sistem syaraf yang juga ikut dipelajari dalam anatomi fisiologi sistem persyarafan. Sistem syaraf tersebut antara lain adalah serebrum dan serebelum.
Serebrum terletak di bagian depan-atas kepala manusia dan dibagi menjadi dua belahan atau hemisfer, yaitu hemisfer kiri dan kanan. Bagian pada serebrum ini mengatur aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan rangsang indra-indra tubuh kecerdasan, ingatan (memori), kesadaran, dan pembuatan keputusan. 
Selain serebrum, otak memiliki bagian-bagian lain yang berukuran lebih kecil. Berbeda dengan namanya, yaitu serebelum. Sebenarnya serebelum atau otak kecil ini memiliki ukuran yang relatif besar dalam kepala manusia, namun memang lebih kecil dari serebrum.
Bagian ini berfungsi dalam koordinasi pergerakan dan menerima informasi data dari serebrum dan bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan pergerakan. Serebrum dan serebelum adalah dua sistem syaraf yang juga penting ketika mempelajari anatomi fisiologi sistem persyarafan. Berdasarkan letaknya, serebelum terletak di bagian belakang-bawah serebrum. 
Bagian selanjutnya yang juga penting dalam anatomi fisiologi sistem persyarafan adalah diensefalon. Diensefalon terutama terdiri dari talamus dan hipotalamus. Bagian ini berperan dalam pengaturan rangsangan yang diterima tubuh, mengendalikan suhu tubuh, terlibat dalam pengaturan lapar dan haus, dan lain sebagainya.
Selain diensefalon, mesensefalon juga memegang peranan penting dalam sistem syaraf manusia. Mesensefalon terdiri dari tektum dan pedunkel serebrum. Bagian ini terlibat dalam proses pendengaran, penglihatan, dan pengaturan homeostasis tubuh.
Selanjutnya adalah pons varolli. Pons varolli atau jembatan varol memiliki serabut-serabut syaraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, menghubungkan otak besar, dan sumsum tulang belakang.
Bagian terakhir dari otak yang juga penting dipelajari dalam anatomi fisiologi sistem persyarafan adalah medula oblongata. Medula oblongata berperan dalam penghantaran rangsang dari sumsum tulang belakang ke otak. Bagian ini juga berperan dalam beberapa jenis gerakan reflek, detak jantung, tekanan darah, dan kecepatan pernapasan.

b. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan - Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda dengan otak. Bagian yang juga dikenal sebagai medula spinalis ini berperan penting dalam menyampaikan rangsangan sensoris dan motorik baik dari tubuh ke otak maupun sebaliknya. Bagian ini juga sangat vital karena fungsi-fungsinya berkaitan erat dengan sistem dan kerja organ tubuh, seperti pencernaan, peredaran darah, sistem imun, dan lain sebagainya. 
c. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan - Sistem Syaraf Tepi
Secara anatomi fisiologi sistem persyarafan manusia, seluruh rangsang tubuh yang diterima dan respon yang diberikan oleh otak dan sumsum tulang belakang disampaikan ke tubuh oleh sistem syaraf tepi. Sistem ini dibagi menjadi sistem syaraf sadar dan otonom.
Sistem syaraf sadar mengatur kerja yang dilakukan secara sadar, misalkan gerakan otot, sedangkan sistem syaraf otonom mengatur kerja organ tubuh yang tidak dikendalikan secara sadar, seperti detak 
jantung dan pencernaan. Sistem syaraf dalam tubuh manusia ini juga hal yang sangat penting dalam anatomi fisiologi sistem persyarafan.
Sistem syaraf otonom manusia dibagi menjadi simpatik dan parasimpatik. Kedua sistem saraf ini bekerja secara antagonis atau berlawanan. Contoh dari kedua sistem ini adalah pembesaran pupil oleh sistem saraf simpatik dan pengecilannya oleh parasimpatik. Kecepatan denyut jantung juga dipengaruhi oleh kerja kedua sistem saraf ini. Ditinjau dari perspektif selulernya, sistem saraf disusun oleh tiga jenis sel, yaitu sel syaraf (neuron), sel glia (sel penyokong), dan sel Schwann. Hal-hal reaksional dalam tubuh manusia yang sebagian besar memang disebabkan oleh sistem syaraf tersebut juga ikut dipelajari dalam anatomi fisiologi sistem persyarafan manusia.

d. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan - Sel-sel Saraf

Neuron memiliki kemampuan dalam menerima dan menyampaikan rangsangan. Jenis sel ini memiliki tiga bagian, yaitu badan sel, dendrit (juluran pendek), dan akson (juluran panjang). Neuron lain memberikan rangsang yang diterima oleh dendrit di suatu neuron. Bila rangsangannya cukup kuat (mencapai suatu nilai ambang batas), rangsang akan diteruskan ke akson, yang kemudian meneruskannya ke neuron-neuron lainnya.
Neuron tidak dapat beregenerasi atau memperbanyak diri, sehingga tidak dapat tergantikan apabila mati. Neuron di otak dan sumsum tulang belakang dilindungi, disokong, dan diisolasi oleh sel glia. Pada sistem syaraf tepi, fungsi tersebut dijalankan oleh sel Schwann. Proses-proses yang rumit dalam sistem syaraf manusia tersebut benar-benar dijadikan bahan penelitian ketika mempelajari anatomi fisiologi sistem persyarafan.




[1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar